photo logo_zpsbce7a5db.jpg

Selamat Berkunjung

BPPK KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

Selamat Berkunjung

BPPK KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

Selamat Berkunjung

BPPK KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

Selamat Berkunjung

BPPK KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

Selamat Berkunjung

BPPK KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG.

8.9.13

Aneka Produk

Uji Tanam Jagung Manis
Aneka Jamur Edibel
Aneka Jamur Edibel
Aneka Jamur Edibel
Aneka Jamur Edibel
Uji Tanam Jagung Manis
Uji Tanam Jagung Manis

23.6.13

Penelitian Tanaman Pangan

Uji Coba Varietas
Labu Siam Hasil Uji
Pengujian Tekhnis


Uji varietas padi Mekongga dilaksanakan di desa Pare Kecamatan Secang



Sadapter
Oleh  Agus Joko Triyono
Sadapter adalah merupakan alat sadap Nira tanpa panjat setiap hari yang terbuat dari bahan anti korosif dan koagulan untuk menghindari terinfersinya gula.
Latar Belakang

  Gula kelapa yang berasal dari nira tanaman kelapa [Cocos nucifera. L] dan Gula aren yang berasal dari pohon aren atau inuou [Arenca pinnata] telah lama menjadi komoditas strategis yang merupakan pemanis sehat dari alam dengan rasa khas. Gula ini pemanfaatannya semakin lama semakin meluas selain intuk pemanis masakan akan tetapi menjadi pemanis campuran minuman kesehatan yang ber energi tinggi dan kini semakin besar permintaan produk olahan dari gula ini dari luar negeri, sebenarnya gula ini dalam produksinya tidak membutuhkan modal yang tinggi namun selama ini belum banyak analisis yang dilakukan
  Pengambilan nira ini masih harus dilakukan dengan memanjat setiap hari sehingga memiliki resiko yang tinggi bahkan kedepan pemanjat akan semakin sulit didapatkan. Rekayasa baru harus mulai dipikirkan dengan adanya kelemahan tersebut agar permintaan yang semakin tinggi akan gula tersebut akan dapat dipenuhi kuantitasnya dan kualitasnyapun semakin baik.
Dengan menggunakan bahan aluminium voil dan sejenisnya koagulasi bahan hasil sintesa tanaman akan dapat dihambat serta diminimalkan terjadinya oksidasi meskipun dengan permuka an yang luas

 Komparatif
Dengan Memanjat : 
1.Resiko kecelakaan tinggi

2.Tenaga panjat semakin langka karena resiko tinggi

3.Tidak terlalu banyak biaya tambahan apabila tidak buruhan sebaliknya bila tenaga buruhan menjadi sangat  tinggi

4.Biaya untuk sadapter akan menjadi pertimbangan
Dengan Sadapter :
 
1.Meminimalisir kecelakaan

2.Satu kali panjat pada potong dan pasang

3.Memerlukan biaya tambahan yaitu rangkaian peralatan

4.Biaya lebih rendah dan waktu lebih cepat namun resiko pencurian lebih tinggi

 
Pembahasan
Manggar adalah bakal batang tempat buah kelapa atau aren yang dapat  disadap

Sadapter adalah merupakan rangkaian alat untuk menyadap nira yang terbuat dari bahan sejenis aluminium yang dimasukkan kedalam manggar yang telah  dipotong bagian ujungnya kemudian dilubangi menggunakan pisau rincing dan tajam serta diusahakan pisau SS [stainlessteel]

Mengapa aluminium ataupun aluminium voil : karena bahan tersebut mampu mengendalikan suhu dan pada siang hari bahkan dapat meningkatkan suhu sekitar serta bahan tersebut tidak korosif.

 Bumbung adalah potongan bambu dimana bagian bawahnya terdapat ruas sehinggha dapat menampung cairan. Bahan ini dapat menyumpan nira dengan baik dan tidak mampu ditembus sinar matahari sehingga nira tidak akan terinfersi, slang yang digunakan untuk mengalirkan nira juga harus slang gelap yang tidak mudah ditembus sinar matahari


 
LAHAN PEKARANGAN 
Dengan Model Verticultur
Oleh : Ir. Agus Joko Triyono
Lahan pekarangan adalah lahan kering yang berada di sekitar rumah yang dibatasi dengan pagar/batas. Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas dengan memperhitungkan intensitas cahaya matahari serta lamanya penyinaran didalam satu hari karena sifat tanaman ada 3 macam :

1.1. Short Day Plant

2.2. Medium Plant
3. Long Day Plant
 
TUJUAN PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN ANTARA LAIN:


Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari

Menambah keindahan dan kesehatan lingkungan, serta mempertahankan sumberdaya genetik lokal yang tersedia di setiap daerah.

Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
 
Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
 
ISTILAH VERTICULTUR
sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah system budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah lahan terbatas
 
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
 
PEMBUATAN WADAH TANAM VERTIKULTUR

Contoh salah satu wadah tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bamboo kecuali yang terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah

Pembibitan
Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan) sebelum ditanam di lapangan.
Tempat persemaian diberi naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur.
• Media persemaian terdiri dari campuran tanah, kompos, dan sekam (1:1:1), diayak sehingga mendapatkan struktur tanah yang halus dan masukkan dalam plastik persemaian ukuran 6 x 10 cm.
Benih dimasukkan di tengah media persemaian kemudian ditutupi tipis tanah halus dan disiram. Lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah.
Setelah benih berkecambah (7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka.


Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering.

Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit disemprot dengan insektisida berbahan aktif fipronil 50 gr/l, dosis penyemprotan 0,5 ml per liter

Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma yang tumbuh.

Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan dimusnahkan.

Sebelum dipindah ke lapangan atau media tanam, dilakukan penguatan bibit dengan cara membiarkan bibit menerima langsung sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari.

Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu. Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm.
 
PENYIAPAN LAHAN BEDENGAN
 
UNTUK LAHAN PEKARANGAN 

  lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm).
  Komposisi media tanam  terdiri dari TANAH : KOMPOS :
 SEKAM/ARANG SEKAM 2:2:1.
  dengan perbandingan Penggunaan sekam bertujuan untuk memperbaiki drainase
sehingga air tidak tergenang dalam polybag akan tetapi akan tertahan secara baik,
 Tanah tidak mudah padat
 Polybag
 Polybag yang dipakai berukuran 35 cm x 35 cm yang telah diberi lubang kemudian 
meda diisi sebanyak ¾ dari volume polybag lalu disiram dan dibiarkan selama 5-7 hari 
agar media tanam lebih siap


Penanaman


Pemilihan waktu tanam sangat penting terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit.
Pada penanaman polybag dapat ditanam dua bibit.
Pada lahan bedengan waktu tanam yang baik pada awal musim hujan, Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah.
Bedengan kemudian disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek).
Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, satu-dua tanaman per lubang.

 
KEBERHASILAN pemanfaatan lahan pekarangan akan menambah keuntungan bagi pemilik lahan pekarangan, terutama didukung dengan pemilihan komoditas yang tepat dan pemeliharaan yang optimal. Pengetahuan pemilik lahan akan teknik budidaya akan berpengaruh terhadap pemeliharaan tanaman dan hasil produksi